Sehari Berburu Mie di Banda Aceh



Sampai juga kami di warung kopi. Ya, di kota ini, Banda Aceh, salah satu fungsi warung kopi adalah menjadi suaka bagi para penjelajah yang lelah. Kami berempat memesan minuman yang sama, Sanger Dingin. Campuran kopi dan susu ditambah batu es selalu menjadi favorit saya ketika melipir ke kedai-kedai di kota ini.

Kata seorang teman saya, Banda Aceh ini merupakan miniatur dunia. Saya-pun mengamini, karena ketika berjalan-jalan kamu akan menemui wajah yang beragam. Kadang Melayu, kadang Arab, Persia, India, dan Eropa kalau beruntung. 

Tapi, bukan cuma wajah yang berhiaskan aroma campuran, kuliner disinipun banyak yang merupakan kuliner campuran. Mie adalah salah satunya, dan kami adalah pencinta mie. Jadi hari ini kami telah berburu mie sehari penuh, loh!

Kami memulai petualangan kami dengan Basmalah. Kami disambut matahari pagi yang lembut, yang akan berubah kejam ketika siang. Sebelum mulai menjamah kota ini, kami memilih Mi Caluk sebagai pembuka perjalanan kami, dan juga sebagai bekal energi mengelilingi kota.

Mi Caluk, biasa disebut sebagai spagettinya Aceh.
Mi Caluk adalah makanan dari daerah Sigli, sebuah kota di kabupaten Pidie. Kuliner ini memang bukan kuliner asli Banda Aceh, tapi penjualnya banyak tersebar di kota ini. Jika kamu di Banda Aceh dan kelaparan di suatu pagi, makanan ini merupakan salah satu yang saya rekomendasikan. 

Makanan ini juga dikenal dengan nama Spagetti-nya Aceh, karena metode penyajiannya mirip dengan penyajian Spagetti Bolognese. Mie yang digunakan berbentuk persegi berdiameter tebal, tapi sedikit lebih tipis dari Udon, tidak rata dan tidak kenyal. Mi disajikan dengan siraman kuah kacang (bumbu kacang) dan kuah soto (kuah pedas). Rasanya nutty dan gurih dengan sensasi pedas yang tipis. Sederhana, cocok sebagai makanan pagi.

Untuk pilihan lain, bisa coba Nasi Gurih (semacam nasi uduk) atau Nasi Perang (semacam nasi kucing). Konon katanya nasi perang ini adalah nasi bungkus yang dimakan oleh para prajurit ketika menuju ke medan perang.

"Sanger?", sanger yang kami pesanpun datang, abang itu membawa dua gelas, dia kembali, kemudian membawa dua gelas sisanya. Di sini, sebutan 'kakak' berlaku untuk wanita dewasa, sementara untuk pria dewasa dipanggil 'abang'. Jika kamu salah menyebutnya, hati-hati bisa-bisa dimarahi! hihi.

Setelah menyantap makanan pagi, perjalanan bisa dimulai. Wisata di Banda Aceh didominasi oleh wisata sejarah, seperti wisata tsunami, peninggalan kerajaan Aceh dan kolonial, dan museum. Tapi kami lebih memilih mengobrol saja sampai waktu makan siang tiba. Siang hari disini sangat panas, gan!

Jarum pendek di jam dinding telah mengarah ke atas, tanda sebentar lagi adalah waktu makan siang. Saatnya kami berpindah tempat! Kami bergerak ke sebuah warung makan oriental untuk mencari Mie Kocok.

Mi Kocok, mungkin lebih mirip dengan mie ayam yang disajikan di piring.
Mie Kocok juga bukan merupakan makanan khas Banda Aceh, tapi banyak tersebar di sini. Makanan ini beda dengan mie kocok di Bandung, lebih mirip dengan mie ayam tetapi lebih bening dan segar. Cocok dimakan di siang yang panas. Kalau minumnya teh dingin.

Berbeda dengan mie caluk, makanan ini menggunakan mie basah seperti pada mie ayam. Mie yang digunakan kenyal, panjang dan homogen. Mie ini disajikan dengan kuah kaldu yang bening, potongan ayam yang manis, taoge rebus, taburan seledri dan bawang goreng. Rasanya mild dan syegar. Oh maaf, segar maksud saya.

Jika kamu terlalu lapar, bisa pilih makanan lain. Warung Aceh tersebar di berbagai penjuru Banda Aceh. Ada Pli'u, Asam Keu-ung, dan masih banyak makanan khas Aceh lainnya.

Bahan-bahan makanan Kuah Pli'u
Setelah makan siang, langitpun berubah menjadi lebih indah, sekaligus liar membiarkan matahari membakar apapun yang ada dibawahnya. Saat ini paling enak untuk menikmati perjalanan menuju pantai ataupun ke tempat-tempat wisata di Aceh Besar.

"Slurp", saya menyeruput sanger yang dari tadi hanya menyaksikan kami yang asyik mengobrol. Duh, sanger ini kalau bisa bicara pasti sudah merengek sambil berbisik 'nikmati aku, bang'. Sanger sendiri, konon kabarnya berasal dari kata 'sama-sama ngerti', ngerti antara penjual dan mahasiswa yang ingin minum kopi tapi hanya mempunyai sedikit uang saku. Begitu.

Karena Aceh berada di pojok barat indonesia, ia menjadi ujung perantauan matahari di Indonesia, menjadikannya salah satu tempat paling eksotis di negeri ini untuk melihat sunset. Oh, ya, kami juga tentu memanfaatkan hal ini. Bisa dong foto-foto beberapa kali untuk melihat matahari terbenam di ufuk barat Indonesia.

Sunset di Banda Aceh.
Matahari sudah meninggalkan negeri Aceh, malampun tiba. Kami bergerak ke Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan salah satu landmark Aceh yang termashyur. Kemegahan masjid ini membuat selalu takjub ketika beribadah disini.

Hal lainnya yang membuat saya takjub adalah destinasi kuliner selanjutnya. Mie memang identik dengan kuliner oriental, tapi makanan ini mampu membuat wajah si mie ini berubah menjadi sangat identik dengan Aceh, yap, Mie Aceh.

Mie Aceh, sang primadona kuliner Aceh.
Mie Aceh adalah primadona kuliner Aceh, setidaknya menurut saya. Ketika saya kuliah di Jogja, ada sebuah warung mie aceh. Ketika dulu saya menuju warung ini, ia tidak pernah sepi. Mi acehnya selalu jadi incaran pengunjung. Jika mi aceh yang dijual di Jogja saja sudah enak, bagaimana yang di Aceh?

Mie yang digunakan pada makanan ini berukuran lebih kecil daripada mie caluk tapi lebih besar daripada mie kocok. Mie ini tidak kenyal jadi ketika dimasak, beberapa akan patah. Emm, ke ukuran lebih kecil.

Dalam penyajiannya, kita bisa meminta tipe goreng, rebus, atau tumis/goreng basah - setipe dengan nyemek pada bakmi jawa tapi lebih kering. Mie akan dimasak dengan kuah sampai dengan tingkatan kekeringan tertentu. Saya sendiri merekomendasikan mie tumis, karena ini yang paling khas. Rasa dari makanan ini gurih, hangat, kuat dan kaya dengan sensasi seafood yang tipis. Mie ini sangat nikmat disantap dengan teman daging atau seafood, dan jika kamu mempunyai uang lebih, cobalah mie kepiting! Sangat nikmat disantap! 

Kepiting, tapi bukan kepiting untuk dimasak.
Pilihan makanan lainnya? Nasi goreng atau sate matang (sate sapi dengan bumbu kacang). Ah, tapi mie aceh saja-lah, sudah enak kok!

"Alhamdulillah", sanger yang beberapa saat yang lalu masih memelas untuk diminum sekarang sudah ludes, hanya menyisakan kristal-kristal gula yang belum terlarut.

Saya melirik ke kiri, kemudian ke kanan. Nihil saya temui ketika mencari wanita disini. Rupanya waktu sudah cukup malam, jarum panjang sudah membentuk siku-siku dengan jarum pendek mengarah ke kiri. Kami beranjak dari meja menuju kendaraan untuk mengantar teman-teman kami. 

Di Banda Aceh, waktu berjalan pelan. Kamu bisa menikmatinya dengan menyantap mie, sembari memikirkan apa yang akan kamu lakukan di masa depan. Tentunya bersama dengan teman-teman. []

Ditulis untuk Banda Aceh Blog Competition 2014 "Charming Banda Aceh, Tulis dan Perkenalkan Banda Aceh Ban Sigom Donya"

17 Koments:

  1. ngeliatnya aja udah enak apalagi di makan :D
    ane ikutan juga, mampir ya http://mhdharis.wordpress.com/2014/04/27/banda-aceh-punya-situs-objek-wisata-tsunami-yang-wajib-dikunjungi/

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah enak banget bang, mie-mie di aceh juara!

      Delete
  2. blog ini berbahaya..
    karena bikin lapar!! :P
    nice photos, btw :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wooohh ada vira indohoy!
      iya akupun yg nulis lapar :O

      Delete
  3. Tulisan yang menarik. Info tentang Wisata Aceh disini juga ada : http://acehplanet.com/

    ReplyDelete
  4. Coba dalam sehari nyobain mie di tiap warung yg ada di Banda Aceh, pasti puas tuh. Hehehe.. Good luck ya Wana, semoga menang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe iya kalo mau uji keenakan si mie sebenernya bagusan gitu cuma ga kuat modal :|
      aah, aku mah dibelakang abang ari aja, atut kalo didepan depan

      Delete
  5. Tos ah sesama penyuka sanger. Eh tapi masa iya sih sanger itu singkatan dari sama-sama ngerti? Sanger kan lebih mahal dari secangkir kopi? Lagian bisa pesan kopi pancong kalo lagi hana peng. *spoiler* :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. waa ada bang citra *salim*
      iya sanger mahal, lebih mahal yes, aku juga tau itu cerita dari cerita orang yang dia tau dari orang lain *nahlo*
      itu apa kopi pancong??

      Delete
  6. walah.. jam segini baca yang beginian, bikin perut keroncongan!
    btw.. mie aceh kesukaan saya, apalagi mie aceh titi bobrok di medan,, beuhhh... sedapnya poool

    ReplyDelete
  7. tenang aja bang, ini yang nlisnya aja keroncongan selalu :3
    yes aku juga suka bgt mi aceh! mantab beut!
    ah masak enakan yg medan daripada aceh? wih jadi pengen coba.

    ReplyDelete
  8. Aceh merupakan salah satu daerah yang pernah saya singgahi. disana banyak sekali makanan yang sangat enak dan lezat. Wisata kuliner aceh sangat menarik untuk segera dicicipi salah satunya mie aceh. Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Kuliner yang bisa anda kunjungi di
    Kuliner Indonesia

    ReplyDelete
  9. @irham
    silahkan coba dirasain dari monitor mas

    @andiny
    y mb, benar sekali

    ReplyDelete
  10. huaaaaaa belom nyicip semua mie yang ditulis mznya. sedih :( pingin ke aceh lagi. postinganmu bikin ngiler. nulis lagi doooooong

    ReplyDelete

Udah makan, bro?