DSLRsmosi..
Dimana kaki berpijak, disitu langit dijunjung. Mungkin sekarang, peribahasa itu harus diganti jadi: Dimana kaki berpijak, disitu DSLR terlihat. Tidak terlalu hiperbolis. Hampir di semua tempat di kota-kota besar di negeri kita ini pasti kita bisa melihat benda ini. DSLR menjadi trend, bukan lagi kebutuhan para profesional. DSLR merasuk ke gaya hidup kita.
Pasti diantara teman kita, ada yang punya DSLR, ato jangan-jangan punya benda ini. Pernah ga liat mereka (bahkan anda sendiri) menekuk wajah ketika memfoto anda atau teman-teman anda ketika berfoto-ria. Ketika anda melihat tanda-tanda kemunculan penekukan wajah, tandanya teman anda atau anda sudah DSLRsmosi.
DSLRsmosi adalah suatu keadaan ketika si pemakai DSLR sudah bosan atau jenuh memakai benda yang disebut DSLR ini karena kehabisan semangat. Entah disebabkan karena perilaku teman yang menyimpang, seperti narsis berkelanjutan atau sindrom 'satu foto lagi pliss, trakir nih', atau karena si pemakai sendiri yang sudah kehabisan tenaga atau passion, karena memang DSLRnya berat aatau karena keterbatasan model.
Tanda-tanda yang dikeluarkan si pemakai kamera biasanya adalah adanya penekukan di bagian wajah. Jika anda mengamati, maka anda akan melihat adanya penurunan motivasi dari si pemegang kamera, dari yang awalnya lincah memainkan shutter dan tombol, menjadi pelan dan tidak niat menyentuh shutter.
Jika hal ini terjadi berulang-ulang, mungkin saja akibatnya bisa menjadi lebih buruk. Mulai dari keilangan motivasi untuk menggunakan kamera yang berujung kepada pensiun kamera dini, menjual kamera atau menggetok kepala orang dengan kamera. Bahkan ada yang meratapi foto-fotonya dan berkata 'kenapa saia tak ada di foto dari kamera saia'.
Efek yang paling parah terjadi jika hal ini terjadi untuk yang kesekian kalinya dan dengan orang (atau kelompok) yang sama, maka bisa terjadi kebencian yang tertimbun dan suatu saat akan erupsi seperti efek gunung es.
Untuk mencegah terjadinya hal ini terjadi, dibutuhkan pengertian dari sang objek dan kesadaran si pemilik kamera. DSLR bukanlah benda yang ringan dan kecil, dia bulky dan memakan tempat. Anda membawa DSLR bagaikan membawa barbel berjalan-jalan. Wadjar jika si pemegang DSLR cepat capek dan akhirnya cepat esmosi.
Sebagai seorang trainer DSLR yang baik, kita harus mengerti betul DSLR kita. Kapan kita harus ajak piaraan kita ini, dan kapan harus di rumah kan. Tidak setiap kali kita berjalan harus membawa tia. DSLR berat, dan itulah alasan utama tak harus membawanya kemana-mana. Hal yang harus kalian sadar sebelum membawa DSLR pergi adalah:
- Worth It. Apakah sebegitu langka dan pentingkah event ini sehingga butuh DSLR?
- Only One. Apakah hanya DSLR yang bisa mengabadikannya? Gimana kalo pake poket?
- Feel Healty. Apakah dalam kondisi prima? DSLR berat loh!
- Bad Mood. Kalo lagi Bad Mood mending ga usah bawa. Kalo perlu ga usah ikut!
- Intinya, untuk mengabadikan momen ga perlu pake DSLR, bisa juga pake kamera HP kok!
- Ganti yuk. Doi terlihat bosan, Tanya apakah doi mau bertukar peran.
- Ngeksis yuk. Muka doi ditekuk, Tanya apakah doi mau ikutan foto.
- Ngaso yuk. Si doi udah mandi keringet, Tanya apakah doi mau istirahat.
- Madang yuk. Perut doi udah teriak-teriak, Tanya apakah doi mau makan.
- Intinya keep contact, make sure s/he is full of life. And also be nice. ---- Juga bawa kamera cadangan!
Hahahahaha (˘▽˘)-c<˘⌣˘)
ReplyDeleteDSLRsmosi yang paling sering aku liat ya dulu si Kinkin pas motoin anak-anak CLR. haha...
ReplyDeleteternyata yg ngerasa kyk gt ga maha doank bun, skrg jadi banyak yg ngerasa diperbudak gt..
ReplyDeleteSadis bgt bahasalo wan diperbudak *.*
ReplyDeletemakanya skg saya agak malas bw2 kamera klo lg jalan2,
ReplyDeletedsuruh jd tukang poto doang :D
@sasa
ReplyDeleteemang harusnya apa saa?
@semut
hooh, makanya harus punya poket gan buat ngakalin yakng kayak-kayak gitu..