.mencari second-hand
ngawul-ngawul tuh ada sensasi tersendiri kalo dapet baju yang bagus..
-mega, seorang teman saia..
Dari kalimat itulah saya mulai mengenal *pertama kali* awul-awul secara lebih detail..ya..pertama kali..*cheers*.. dan saya belum pernah sekalipun ke awul awul sebelumnya.. *untuk yang belum tau*, awul awul tuh tempat anak-anak nyari baju second-hand, ya, second-hand! - baju yang dipakai orang, kemudian dijual lagi. entahlah, apa namanya benar awul-awul atau mereka (para manusia pencinta second-hand) yang mencetuskan nama yang sangat ajaib ini..
Benar benar ajaib, tak saya sangka.. di tempat saya kuliah, mahluk awul-awul ini benar-benar digemari, bahakan tak hanya mahasiswa middle-low class *seperti saya* yang terpincut pada hal ini, bahkan, mahasiswa high class *ini bukan saia* pun seakan terbuai akan bentukan tidak jelas ini.. oke, bahakan kegiatan pergi ke awul-awul pun bukan hanya menjadi kegiatan mencari baju semata, bahkan kegiatan ini menjadi kegiatan berbasiskan hobi, ya, bukan lagi untuk mencari baju untuk memenuhi basic-needs, tapi lebih ke kegiatan melepas stress, untuk mencari baju baju yang lucu, untuk dipajang, bukan dipakai.
oke, *cheers lagi*
diluar hal-hali yang saya tulis diatas, berarti, bisa dilihat, ada trend untuk memebeli barang second-hand disini, why? because it's cheap... and it's fun!
ya, benar, alasan klasik, murah, tapi, ada kecendrungan kemunculan bakat hedonis disini, buy for fun, bukan, buy cause i need, okei. apakah ini baik? atau malah buruk? jawab sendiri saja di hati masing masing, saia tidak mau membuat miss-interpretasi antar pendapat disini, bosan dengan perdebatan virtual yang berakhir pada konklusi yang tidak jelas, maunya menang sendiri, toh gak keliatan siapa saya. tidak merasa begitu? yasudah. lupakan.
oke, *lagi lagi cheers*
diluar hal-hal diatas lg, kembali ke quote dari mega, shi*! sepertinya saya juga terkena sindrom itu, benar, saya jadi suka mencari barang-barang second-hand, tapi kali ini bukan baju, tapi lensa kamera.
minggu ini, rekor baru terpecahkan, dua kali saya ngalor-ngidul kosan-pasar klitikan mangkubumi, dan dua kali ngalor-ngidul kosan-pasar klitikan senthir, hasilnya, nol besar, hal paling menakjubkan yang saya temukan diantara kumpulan onderdil motor second-hand adalah sebuah rangefinder merek Canon, dan saya ditawari 50rb, waw! sayang saya tidak tertarik dengan agama lain.heee.
dua pasar tradisional saya putari, tapi tidak satupun membuahkan hasil, akhirnya malah jadinya mendatangi toko kamera konvensional, mungkin bukan toko yang besar, bukan toko yang terkenal, tapi adalah toko yang membuat saya sangat terkaget-kaget. dan dua kali juga saya dikagetkan dengan harga yang ditawarkan di toko-toko itu. padahal toko-toko tersebut tidaklah sebesar artha atau duta, tapi tidak sekecil gerai milky-tea tongji.
toko pertama, lumayan besar, tapi belum bisa menandingi kemewahan artha ataupun duta. sebuah koko reparasi kamera, *perhatian*, toko reparasi kamera, bukan toko jual-beli kamera. disana saya bertemu dengan om-om keturunan cina, tua, ya, terlihat dari raut mukanya yang berubah ketika dia melihat saya yang sedang mencari lensa, "lensa nikon ada om?", saya bertanya, diapun mengeluarkan lima lensa yang dikunci rapat di laemari transapran yang biasanya digunakan untuk mempertunjukan kemewahan sebuah toko kamera.
lima lensa bejejer di depan saya, yang satu masih menempel di kamera, kelimanya terlihat mahal, bahkan mungkin lebih mahal daripada kamera yang saya beli di barkas. saya ragu, mampukah seorang mahasiswa yang hidup dari jual-beli kamera ini mampu membeli salah satu dari lima lensa ini. kemudian saya bertanya harga pada om cina itu. katanya, empat lensa yang berjejer adalah milik adiknya, sedangkan yang menempel di kamera adalah miliknya. kemudian saya jamah lensa miliknya - yang menempel pada kamera, banyak jamur, hal yang saya simpulkan pertama kali ketika saya terawang lensa tersebut. saya bertanya harganya, 350rb jawabnya, shock! shock! benar-benar shock, sebuah lensa yang seharusnya minimal seharga 700rb, dihargai sebegitu rendahnya. andaikan memang penuh dengan jamur, biaya penyucian lensanya pun tidak akan menutupi selisih antar harga pasar dan harga toko tersebut. what a lucky day!
*second-hand effect no. 1, ayo hunting lensa
toko selanjutnya, pulang dari pasar senthir, ingin menuju ke pasar pakuncen, saya melewati jalan yang belum saya jamah. awalnya ingin melihat pasar senthir yang dzulfan bilang, barat pku, tetapi ditengah jalan malah bertemu toko kamera, saya lewati saja, suadah mau tutup, ya, itu alasanya. tapi entah mengapa, ada hal yang mengganjal, jadi saya putuskan untuk memutar balik, ya, memutar balik.
setelah melakaukan manuver yang cukup idiot, nyaris ditabrak dua kali, sebuah taksi dan sebuah motor, saya berhasi sampai di toko tersebut, benar, toko tersebut so-close-to-closed, tinggal satu papan lagi, maka tertutuplah toko itu dari dunia luar dan segala maksiat yang ada di luar sana. saya nyelonong masuk, tidak menghiraukan mbak-mbak penjaga. satu penjaga lewat, dua penjaga lewat, bertemulah saya dengan bapak funky yang memakai gaya bahasa "gw-lo", yap, benar-benar sebuah bias didalam data kependudukan warga jogja, unik.
saya bertanya hal yang sama seperti yang saya lakukan di toko sebelumnya,
Saya (x): ada lensa nikon om?
Oom Funky (OoF): kamera kamu apa?
x: lensa apa aja om
OoF: kamu kuliah dimana?
x: saya ga kuliah fotografi ko om
OoF: ikut klub foto?
x: ga iut om, saya cuma hobi aja
....benar benar percakapan maha dahsyat, ga nyambung..
lensa pun dikeluarkan, "berapa harganya?", 500rb *sayang udah gapunya duit* , katanya. cukup shock! tapi tak terlalu shock, karena emang saya belum tau spesifikasi lensanya, kemudian saya jamah lensanya, ga ada jamur, bersih semua, kecuali ada fog di filternya, kekuranganya mungkin cuma tanpa lenscap dan rearcap,kemudaian saya identifikasi tipenya, hal pertama yang syaraf tulang belakang minta adalah, shock! *lagi*, kenapa? karena lensa ini di bursa minimal harganya adalah 1,5jt.shi*! what a lucky man in a damn world!
*second-hand effect no. 2, ayo nabung supaya bisa hunting lensa second-hand
and guess what.. si Oom funky itu adalah dosen fotografi di ISI, dan dia udah sering jadi pembicara masalah fotografi di UGM, shi*!